Halaman

Jumat, 21 Desember 2012

Selamat HARI IBU..

SIMPHONY RINDU UNTUK SEORANG IBU

Tangisku membuka tabir hidup saat pertamakali aku menginjak bumi persada ini. Engkau bersuka cita menyambutku walau sakit fisik masih menyiksamu, tenagamu terkuras, keringatmu bercucuran, dan engkau bertarung nyawa. Namun saat engkau melihat bayi yang masih bersimbah merah, kau peluk aku sambil berucap kata, “Anakku selamat datang di dunia fana ini”

Ibu, seandainya saat itu aku tahu berkata, “Aku akan dendangkan terimakasih atas pengorbananmu yang memeliharaku selama sembilan bulan dalam kandunganmu. Kandunganmu melebihi segala tempat terbaik di muka bumi ini. Rahimmu adalah tempat kediamanku yang aman dan damai sentosa yang Allah sediakan bagiku.”

Dalam perjalanan waktu, engkau tidak pernah memberikan serpihan yang tersisa. Engkau juga tidak pernah menghadiahkan patahan yang terkulai. Engkau bahkan tidak pernah menyodorkan cahaya yang berkedip-kedip, namun engkau menganugerahkan kesempurnaan dan keutuhan yang berlabuhkan kasih dan berdermagakan kelembutaan serta bersandarkan keikhlasan.

Aku kadang “menghadiahkan” kepadamu, pemberontakan, umpatan, tatapan tidak bersahabat dari seorang anak saat kebijakanmu menyadarkan kesenangan semuku dan nasehat ulungmu membawaku berpijak di jalan yang benar. Kalau ku “hitung” banyaknya air mata yang mengalir semenjak aku berada di sisimu dan kukalikan dengan umurku sekarang, memang apapun persembahan yang akan kuberikan tidak akan mampu “membayar”nya.

Ibu, kalau ku kenang semua ulahku, aku meradang dalam kepenatan jiwa karena kadang tawaku adalah tangismu dan gembiraku adalah dukamu. Namun aku yakin engkau tidak pernah mencatat apapun pelanggaran dan sikapku yang bertentangan dengan prinsip bijakmu. Malah sebelum aku berkata, engkau sudah mengatakan, “Anakku aku selalu memaafkan dan melupakan semua yang pahit yang kau lakukan, bagiku lebih penting dirimu daripada sebongkah kebencian. Lebih berharga namamu daripada segudang kemarahan. Dan lebih luhur maafku demi sebuah ‘HATI’ yang aku kasihi dan sayangi,,, anakku,,. tercinta…Jangan bersedih apalagi menangis anakku.,,,

Kalau sejarah pernah mencatat bahwa pancuran itu tidak menetes lagi, dan sungai tidak mengalir serta bulan itu tidak bersinar lagi namun kasihmu abadi bagaikan nafas dalam diriku. Kasihmu tidak pernah berujung laksana jalan yang tidak berakhir dan tidak bertepian. Walau tanganmu terbatas menggapai namun anganmu meraih sejuta impian dalam diriku, anakmu. Walau kakimu, terbatas melangkah namun aksi cintamu melewati samudra, menyentuh jiwaku. Walau tatapanmu terbatas melihat namun percikan hatimu mengembara menghinggapi perjalananku.

Ibu, kugapai mimpi bersama doamu. Kuraih mahkota berteman harapanmu. Kupetik mentari demi kebahagiaanmu dan ku bawa cita itu bersama namamu yang terukir abadi dalam diriku. Rambutmu boleh memutih, wajahmu memancarkan ketuaan dan kulitmu boleh keriput namun tak kuijinkan, tawamu, senyummu, bahagiamu dan kelembutanmu hilang dan sirna. Hartamu terindah yang aku terima; kepastian doamu dan keyakinan imanmu tidak akan lenyap diterpa badai dan ditelan topan hidup.

Ibu aku hanya ingin mengatakan, “I LOVE U……….”
(Renungan dari NN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar